Hilirisasi Pangan dan Pakan Jadi Strategi NTB Tekan Kemiskinan

Pemerintah Provinsi NTB terus mendorong percepatan hilirisasi sektor pangan dan pakan melalui integrasi riset, pemberdayaan masyarakat, dan penguatan tata kelola. Fokus utama diarahkan pada komoditas lokal seperti kelor dan udang vaname, serta produk tradisional seperti tuak manis dan bambu.

“Kita mau mengembangkan di NTB ini industri pakan. Jagung kita sudah punya lebih dari cukup dan memang kita harus mengarah ke hilirisasi. Problemnya adalah untuk membuat pakan ini, bahan bakunya bukan hanya jagung tapi dia perlu nutrisi. Selama ini, empat perusahaan ini semua mencampur jagung itu dengan bungkil kedelai dari Argentina,” ucap Gubernur NTB, Dr. Lalu Muhamad Iqbal dalam audiensi bersama dekan dan jajaran Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram (UNRAM), Selasa (6/5), di Kantor Gubernur NTB.

Sebagai solusi, Gubernur mengusulkan pemanfaatan kelor, yang memiliki kandungan protein sebesar 27–28 persen, sebagai substitusi bungkil kedelai. Untuk itu, Pemprov menggandeng UNRAM guna melakukan riset kelayakan dan formulasi pakan berbasis kelor.

“Tugas kita adalah masifkan penanaman kelor – ini bagian dari upaya pengentasan kemiskinan. Jadi daerah-daerah yang kritis, daerah yang tanah non produktif, kita minta semua nanam kelor sama nanti kita taruh di sana dryer-dryer,” tambahnya.

Hilirisasi juga menjadi kunci dalam pengelolaan komoditas lainnya seperti udang vaname dan tuak manis. Produksi udang yang selama ini tidak memberi pemasukan signifikan ke daerah akan diarahkan ke proses pasca-panen. Salah satu contohnya adalah pemanfaatan limbah ikan menjadi bahan tambahan pakan melalui proses pengeringan.

“Tujuan lain hilirisasi udang vaname adalah untuk mendapatkan sampah ikan – yang kalau di drying bisa jadi sumber tambahan buat pakan,” ujar Gubernur.


Dipost oleh PPID user pada 6 Mei 2025

2

banner

Scan Qrcode atau klik SIMASKOT untuk mengisi Survei Kepuasan Masyarakat

SIMASKOT