Gubernur NTB Tekankan Peran Komunikasi dalam Penanganan Bencana
Provinsi NTB menegaskan kembali komitmennya dalam upaya mitigasi bencana dengan menekankan pentingnya komunikasi publik yang efektif. Hal ini disampaikan Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, saat menghadiri Bimbingan Teknis (Bimtek) Peningkatan Efektivitas Komunikasi Risiko Bencana di Hotel Santika, Mataram, Selasa (26/8).
Acara tersebut merupakan kolaborasi antara Pemerintah Provinsi NTB melalui BPBD, Lembaga Administrasi Negara (LAN) RI, Siap Siaga, serta Pemerintah Australia.
Dalam sambutannya, Gubernur menyampaikan apresiasi atas dipilihnya NTB sebagai pilot project kegiatan strategis ini. Menurutnya, isu kebencanaan harus menjadi perhatian serius mengingat NTB merupakan salah satu daerah dengan tingkat kerentanan bencana tertinggi di Indonesia.
Ia menyoroti tantangan bencana yang kerap melanda, seperti banjir di Kota Mataram dan wilayah lain pada awal tahun. Menurutnya, penanganan banjir tidak bisa hanya fokus pada hilir, melainkan harus dimulai dari hulu dengan memperbaiki kondisi hutan.
“Kalau tidak kita atasi dari hulu, setiap tahun akan terus habis anggaran triliunan hanya untuk memperbaiki infrastruktur di hilir,” ujarnya.
Gubernur juga menekankan bahwa komunikasi publik menjadi elemen strategis dalam penanganan bencana, baik sebelum, saat, maupun setelah kejadian. Ia mencontohkan pandemi COVID-19, di mana negara yang berhasil bukan karena infrastruktur yang canggih, melainkan karena komunikasi publik yang terstruktur.
“Saya percaya bahwa komunikasi publik dalam situasi sebelum bencana, pada saat terjadinya bencana, dan pasca-bencana ini sangat penting,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Utama BNPB, Rustian, menyampaikan bahwa seluruh wilayah Indonesia rawan bencana. Data BNPB mencatat lebih dari 3.700 bencana pada 2024 dan 2.260 bencana hingga 19 Agustus 2025. Bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir dan cuaca ekstrem, masih mendominasi.
Rustian juga mengingatkan kembali gempa Lombok tujuh tahun lalu yang menelan lebih dari 500 korban jiwa sebagai pelajaran penting tentang kesiapsiagaan.
“Bencana yang mematikan tidak bisa kita prediksi kapan dan di mana terjadinya, tapi gejala-gejalanya pasti sudah ada,” jelasnya.
Ia menambahkan, BNPB terus mendorong kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan Pentaheliks, yang melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media massa.
Dipost oleh PPID user pada 26 Agt 2025
3