Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah mengapresiasi jajaran BKOW yang selama ini turut serta dalam pemberantasan stunting di wilayah NTB melalui berbagai program yang digalakan. Hal tersebut disampiakan saat membuka acara Seminar Pengasuhan Balita, Anak, dan Remaja yang diselenggarakan Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) di Hotel Lombok Plaza pada Rabu, 16 November 2022.
BKOW saat ini dinilai telah berperan aktif membantu pemerintah dalam rangka penanganan stunting, berupa bantuan pemenuhan gizi, pendataan serta sosialisasi yang terus dilakukan. “Alhamdulillah BKOW selalu berusaha meningkatkan hal tersebut, contohnya mulai dari pemberian telur kepada anak-anak stunting, seminar dan sosialisasi terkait posyandu keluarga,” ungkapnya.
Hingga saat ini, angka stunting di NTB turun drastis yang awalnya melebihi angka 30 persen, menjadi dibawah 17 persen. Hal ini juga tidak lepas dari adanya peran posyandu keluarga yang menjadi program unggulan Pemerintah Provinsi NTB, yang selalu melakukan pendataan secara akurat, sehingga penanganan stunting dapat tepat sasaran. “Dengan aktifnya Posyandu Keluarga dan adanya data by name by address yang tidak bisa dibantah, memudahkan intervensi langsung kepada anak-anak stunting di setiap dusun,” jelasnya.
Umi Rohmi, sapaan Wagub NTB menyampaikan, kunci dari kesuksesan ini adalah konsistensi dalam menjalankan program. Ia berharap BKOW aktif terus membantu pemerintah dalam menyukseskan visi-misinya khususnya penanganan stunting.
Targetkan Peningkatan IPM
Saat membuka Seminar Pengasuhan Balita, Anak, dan Remaja tersebut, cucu Pahlawan Nasional Syaikh Maulanan TGKH. Zainuddin Abdul Madjid tersebut juga menyampaikan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ditentukan oleh 3 indikator utama, yakni pendidikan meliputi angka rata-rata lama sekolah, kesehatan meliputi angka harapan hidup dan ekonomi meliputi kemampuan daya beli. Dengan program pemerintah yag sudah berjalan, orang nomor dua di NTB ini menargetkan IPM NTB akan mengalami peningkatan.
“Ini sangat ditentukan oleh ibu-ibunya, karena bagaimana mungkin kita bisa membangun IPM yang baik, anak-anak memiliki tingkat pendidikan dan kesehatan yang tinggi, kalau ibu-ibunya tidak memiliki kemampuan untuk itu,” tuturnya.
Sebagai Ketua Umum BKOW, Ia juga menjelaskan bahwa NTB masih perlu kerja keras yang dilakukan secara konsisten, karena pendidikan dan harapan hidup tidak bisa dibangun dengan spontan. “kita berusaha bagaimana caranya masyarakat NTB ini awet umurnya, ini tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk menyadarkan masyarakat kita akan pentingnya kesehatan,” tambahnya.
Di hadapan peserta seminar, Umi Rohmi juga menyampaikan bahwa NTB mendapatkan penghargaan sebagai salah satu provinsi terbaik yang memanfaatkan energi terbarukan di Indonesia dan diundang ke Denmark. Negara Denmark sudah memulai renewable energy sejak 50 tahun yang lalu melalui sosialisasi dari tingkat TK, SD, dan SMP. Dapat dilihat bahwa pendidikan, kesehatan, dan ekonomi menjadi pondasi suatu pembangunan.
“Disini alhamdulillah BKOW selalu berusaha meningkatkan hal tersebut, contohnya mulai dari pemberian telur kepada anak-anak stunting, seminar dan sosialisasi terkait posyandu keluarga,” ujar Umi Rohmi sekaligus memaparkan bahwa saat ini angka stunting di NTB sudah berada di bawah 17 persen yang biasanya NTB selalu berada di posisi 5 terendah di atas 30-70 persen. Dengan aktifnya Posyandu Keluarga dan adanya data by name by address yang tidak bisa dibantah, memudahkan intervensi langsung kepada anak-anak stunting di setiap dusun. (Tam/rL – diskominfotik/Foto: Jupri)